Nyawa manusia, penentunya adalah Tuhan, mutlak. Tuntutan pada siapapun tidak akan mengembalikan sang nyawa. Jadi ikhlas, ikhlas, ikhlas...
Kan segala sesuatu adalah milikNya, maka akan kembali padaNya.
Ikhlas, dan melupakan itu berbeda. Jauh berbeda.
Bukankah ikhlas itu meneriima apa yang tengah terjadi tanpa meniadakan keberadaannya yang pernah hadir?
Sedangkan melupakan lebih kepada menghapus memori, seolah tak pernah hadir di bumi.
Dan karena itu, merindu bukan arti dari tak ikhlas. Sepertinya, kerinduan lah yang menjaga cinta tetap ada diantara pecinta dengan tercinta.
Karena itu, tak salah jika ada rasa rindu kepada mereka yang telah memejamkan mata. Bukankah kita juga selalu merindukan rasul?
Dan ya, aku merindukan momen-momen dengan sang sepupu kecil dari Kalimantan ini...
atau sepupu yang kuajak tersesat di jalan sekitar blok M.
atau sepupu yang terpaksa ikut berteduh di toko elektronik bermerk yang megah hingga berjam-jam hanya untuk menunggu berhentinya hujan.
atau sepupu yang kuajak berkeliling tak jelas dengan motor ke jalan raya di sekitar rumah pada malam tahun baru 2010.
atau sepupu yang selalu menyalakan lagu-lagu akon (RnB) hingga aku tertarik untuk menyimpan salah satunya.
atau sepupu yang pernah meminta saranku ketika ia bingung memilih oleh-oleh gantungan kunci untuk pacarnya di toko batik keris solo.
atau sepupu yang banyak bercerita soal ketertarikannya pada ilmu mesin, ya, mesin, dan alat berat. Aku tidak mengerti, tapi dia berambisi masuk SMK unggulan yang dikhususkan untuk itu.
atau sepupu yang benar-benar mengerti pekerjaan, dan pernah membuatku malu sendiri sebagai perempuan yang tidak lebih tau dari dia.
atau sepupu yang tidak pernah bisa diam.
dan sepupu yang jago main gitar.
sepupu yang bergaya hiphop total.
Hei sepupu,
Aku tidak menangis, tidak, air mataku terbendung oleh kelopak mata dan sama sekali tidak terisak maupun sesenggukan. Ada sesak luar biasa di dada dan di leherku, tapi aku tidak mengerti mengapa air mataku tidak meluap. Bukan karena aku tidak merasa kehilangan kamu, tapi karena aku bahkan tidak percaya bahwa keberadaanmu kini adalah pasif, sebuah memori yang akan menjadi tersimpan abadi dalam sirkuit otakku.
Hai sepupu, kau mengacaukan agenda liburanku, membuat ibumu, dan ibuku, dan nenek kita, menangis. Kamu tahu, sebagai ganti ruginya kamu harus berjanji bahwa kamu akan baik-baik saja. Ya, berjanjilah bahwa kamu baik-baik saja di sana.
Aku tidak bisa ikut mengantarmu ke rumah singgahmu.
Maaf.
Tapi semoga apa yang kupinta padaNya bisa menjadi fondasi kenyamanan singgasanamu di rumah itu.
Nah, perjalanan antar dimensi yang kamu lalui pasti melelahkan. Sekarang beristirahatlah.
Selamat tidur sepupu.
Sampai jumpa lagi.
Kenapa tidak Columbia yang terjadi bulan Februari tahun 2003 lalu? Atau Apollo 1 tahun 67?
Saya begitu menggembar-gemborkan peringatan meledaknya Pesawat ulang alik Challenger yang terjadi pada 28 January 1968 itu karena ada kisah yang berubah akibat peristiwa tersebut. Sebuah cerita yang mengubah mimpi sebagian penduduk Indonesia, terutama bagi mereka yang tertarik dengan keluarangkasaan.
Pernah tahu Prof. Dr. Pratiwi Soedarmono? Beliau adalah seorang lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang melanjutkan pendidikan doktoral di Universitas di Jepang. Beliau adalah orang yang akan menjadi astronot pertama Indonesia bahkan Asia pada misi STS-61-H yang rencananya diberangkatkan bulan Juni-Juli di tahun yang sama (1986) dengan keberangkatan Challenger. Sayangnya, kemudian Challenger yang membawa misi STS-51-L mengalami kecelakaan yang menyebabkan NASA mengalami kerugian milyaran dolar, dan mengakibatkan NASA melakukan pembatalan misi STS-61-H.
Sampai saat ini Indonesia belum memiliki astronot lagi, dan ya, seolah keberadaan astronot hanyalah mimpi belaka bagi penduduk Indonesia. Seandainya ketika itu Challenger tidak mengalami bencana, mungkin Indonesia kini telah meretaskan puluhan astronot, entah yang tergabung dalam NASA, maupun LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) apabila dana pemerintah Indonesia tersalurkan.
Mohri Mamoru, seorang Jepang, pada akhirnya menggantikan posisi Pratiwi Soedarmono pada misi yang lain. Namun beliau, bersama Pratiwi Soedarmono selalu memotivasi penduduk Indonesia bahwa menjadi astronot itu bukan sekedar angan-angan. Memang benar, Ibu Soedarmono batal menjadi astronot bukan karena ketidakmampuannya, tapi karena takdir Tuhan.
Dan apa esensi menjadi astronot? Apabila ada rasa haus akan ilmu pengetahuan, maka menjelajahi luar angkasa, menjajal hidup di dunia yang sama sekali baru dari dunia yang kita tinggali selama ini, membagikan sebuah pengalaman demi perkembangan peradaban umat manusia, mungkin akan menjadi sesuatu yang tak terbayarkan yang bahkan akan membuat siapapun bersedia menukarkannya dengan nyawa sendiri...
...seperti yang telah dilakukan oleh kru pesawat Challenger.
Saya begitu menggembar-gemborkan peringatan meledaknya Pesawat ulang alik Challenger yang terjadi pada 28 January 1968 itu karena ada kisah yang berubah akibat peristiwa tersebut. Sebuah cerita yang mengubah mimpi sebagian penduduk Indonesia, terutama bagi mereka yang tertarik dengan keluarangkasaan.
Pratiwi Pujilestari Soedarmono |
Pernah tahu Prof. Dr. Pratiwi Soedarmono? Beliau adalah seorang lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang melanjutkan pendidikan doktoral di Universitas di Jepang. Beliau adalah orang yang akan menjadi astronot pertama Indonesia bahkan Asia pada misi STS-61-H yang rencananya diberangkatkan bulan Juni-Juli di tahun yang sama (1986) dengan keberangkatan Challenger. Sayangnya, kemudian Challenger yang membawa misi STS-51-L mengalami kecelakaan yang menyebabkan NASA mengalami kerugian milyaran dolar, dan mengakibatkan NASA melakukan pembatalan misi STS-61-H.
Sampai saat ini Indonesia belum memiliki astronot lagi, dan ya, seolah keberadaan astronot hanyalah mimpi belaka bagi penduduk Indonesia. Seandainya ketika itu Challenger tidak mengalami bencana, mungkin Indonesia kini telah meretaskan puluhan astronot, entah yang tergabung dalam NASA, maupun LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) apabila dana pemerintah Indonesia tersalurkan.
Mohri Mamoru, seorang Jepang, pada akhirnya menggantikan posisi Pratiwi Soedarmono pada misi yang lain. Namun beliau, bersama Pratiwi Soedarmono selalu memotivasi penduduk Indonesia bahwa menjadi astronot itu bukan sekedar angan-angan. Memang benar, Ibu Soedarmono batal menjadi astronot bukan karena ketidakmampuannya, tapi karena takdir Tuhan.
Dan apa esensi menjadi astronot? Apabila ada rasa haus akan ilmu pengetahuan, maka menjelajahi luar angkasa, menjajal hidup di dunia yang sama sekali baru dari dunia yang kita tinggali selama ini, membagikan sebuah pengalaman demi perkembangan peradaban umat manusia, mungkin akan menjadi sesuatu yang tak terbayarkan yang bahkan akan membuat siapapun bersedia menukarkannya dengan nyawa sendiri...
...seperti yang telah dilakukan oleh kru pesawat Challenger.
Ladies and Gentlemen, today is a day for mourning and
remembering.
They had a hunger to explore the universe and discover its truths,
And they had that special grace, that special spirit that says:
Components of the Space Shuttle |
Wind blowing over the ET and impinging on the aft field joint of the right SRB |
Crew of The Space Shuttle Challenger |
O-ring blow-by from the right SRB |
Flame emerging from the right SRB aft field joint |
Liquid hydrogen leaking from the External Tank |
Failure of the liquid oxygen tank in the ET |
Structural breakup of the Orbiter |
Orbiter debris |
The crew of the Space Shuttle Challenger honored us by the manner in which they lived their lives.
We will never forget them as they prepared for their journey and waved goodbye
and slipped the surly bonds of earth...
...to touch the face of God.
We will never forget them as they prepared for their journey and waved goodbye
and slipped the surly bonds of earth...
...to touch the face of God.
[Ronald Reagan]
Call back the cap com, tick off the time bomb,
Let felicity fly.
Armor the air lock, blanket the bed rock,
And kiss the planet goodbye.
Fight back the flight deck, bring on the break neck
Cue the solar eclipse
Summit the sunset, dubtail the dragnet
And blow your backbone to bits
Dear God, I was terribly lost, when the galaxies crossed
And the sun went dark.
But dear God, You're the only North Star I would follow this far.
Telescope, keep an eye on my only hope,
Lest I blink and get swept off the narrow road,
Hercules, you've got nothing to say to me,
'Cause you're not the blinding light that I need.
For He is the saving grace of the galaxies
"He is the saving grace of the galaxies"
[Owl City]
Challenger Debris :
Seconds to explosion of Space Shuttle Challenger written here :
Source : http://www.aerospaceweb.org, and Owl City
Don't try to say that you've never had a worst one. Everyone does, of course, no matter how fast they would recover it. As how I tried to ask people over omegle chatters, there're many person with different answer. Some would like to forget it (sleep, listen to the music, eat some ice cream, talk to someone or do whatever they like to do to avoid another bad luck), and some other prefers throw it all away (cut them self as for an emo, blame on anyone, or just shout and smack over anything), but less person would choose to pray to God, or easily just had self introspection.
For me, I would choose to stay alone. Listen to Simple Plan frustrated album (Still Not Getting Any) just to have a quiet blame on anything, releasing the anger inside. Then goes Jennifer Love Hewitt (Barenaked) and Daniel Powter (Bad Day) music to remind me that there're not only me who already had a bad day in the world. What for? Dunno, just feels better when knowing there're people with the same condition as I did. Something like "People had a bad day too, not just you! Stop whining!" And then comes Owl City to recover, for something like, "Thanks God, this is not worse than anything it may be happened" or "Thanks God, You gave me all these problem so I could learn about life", and, "Hope that these will help me become wiser".
But, have you ever realize, or is it just me, that when you had a bad day/bad luck/just some shit around, then what you do is NOT trying to forget it, to heal it, or just to let it go away, but you DO enjoy it. Because I do. Am I crazy? I don't think so. Let's change the story then from a bad day, into a suck life. Your gf/bf cheated on you, you break up with them, and what you do is crying or just can't stop thinking about it. Sometimes you just play the song that remind you for him/her. Another times, you make yourself remember them after had some exciting moment which possibly could erase the sadness memory. Regret? I don't think so. Why would you regret the best choice in your life to break up with them if they don't even regret for what they did?
"I don't mind trying to find a way
to keep my head above the mess I make, what the world creates
sometimes it feels so good to let it all fall
as the world fall
I may fall
We all may fall
and then the world comes tumbling
down down down down down"
[Jennifer Love Hewitt - Barenaked]
So that I guess a bad luck is not bad because secretly we enjoy it. You know sometimes when you had those bad luck, you just realize that you had different life from everyone around you. It makes you exclude yourself from a common... something (I don't know a better word to describe that 'something'), from a boring... something. You're different, and that's the point, you're enjoying the difference.
The color of life as I said before in Ruby Sparks movie review, that's how the life were live. Don't blame all along over every bad things, because those bad things around you is not bad. Those bad things is good because they build your life into not-so-boring one.
Oh, anyway, I still searching songs about a bad luck. If you had recommendations, please let me know.
Tell an emotional story about love, joy, disappointed, and self heal. But no regret, like she really understand the situation and could accept it but can't work with it anymore. Read it slow, and try to translate every words there. I also put Indonesian translation by my self. If only you could understand what I wrote there :)
Crashed on the floor when I moved in
This little bungalow alone with some strange new friends
Stay up too late, and I'm too thin
We promise each other it's til the end
Now we're spinning empty bottles It's the five of us
With pretty eyed boys girls die to trust
I can't resist the day No, I can't resist the day
Jenny screams out and it's no pose
Cause when she dances she goes and goes
And beer through the nose on an inside joke
And I'm so excited, I haven't spoken
And she's so pretty, and she's so sure
Maybe I'm more clever than a girl like her
The summer's all in bloom
The summer is ending soon
It's alright and it's nice not to be so alone
But I hold on to your secrets in white houses
Maybe I'm a little bit over my head
I come undone at the things he said
And he's so funny in his bright red shirt
We were all in love and we all got hurt
I sneak into his car's cracked leather seat
The smell of gasoline in the summer heat
Boy, we're going way too fast
It's all too sweet to last
It's alright
And I put myself in his hands
But I hold on to your secrets in white houses
Love, or something ignites in my veins
And I pray it never fades in white houses
My first time, hard to explain
Rush of blood, oh, and a little bit of pain
On a cloudy day, it's more common than you think
He's my first mistake
Maybe you were all faster than me
We gave each other up so easily
These silly little wounds will never mend
I feel so far from where I've been
So I go, and I will not be back here again
I'm gone as the day is fading on white houses
I lie, put my injuries all in the dust
In my heart is the five of us In white houses
And you, maybe you'll remember me
What I gave is yours to keep In white houses
----
Crashed on the floor when I moved in
This little bungalow alone with some strange new friends
Stay up too late, and I'm too thin
We promise each other it's til the end
Now we're spinning empty bottles It's the five of us
With pretty eyed boys girls die to trust
I can't resist the day No, I can't resist the day
Jenny screams out and it's no pose
Cause when she dances she goes and goes
And beer through the nose on an inside joke
And I'm so excited, I haven't spoken
And she's so pretty, and she's so sure
Maybe I'm more clever than a girl like her
The summer's all in bloom
The summer is ending soon
It's alright and it's nice not to be so alone
But I hold on to your secrets in white houses
Maybe I'm a little bit over my head
I come undone at the things he said
And he's so funny in his bright red shirt
We were all in love and we all got hurt
I sneak into his car's cracked leather seat
The smell of gasoline in the summer heat
Boy, we're going way too fast
It's all too sweet to last
It's alright
And I put myself in his hands
But I hold on to your secrets in white houses
Love, or something ignites in my veins
And I pray it never fades in white houses
My first time, hard to explain
Rush of blood, oh, and a little bit of pain
On a cloudy day, it's more common than you think
He's my first mistake
Maybe you were all faster than me
We gave each other up so easily
These silly little wounds will never mend
I feel so far from where I've been
So I go, and I will not be back here again
I'm gone as the day is fading on white houses
I lie, put my injuries all in the dust
In my heart is the five of us In white houses
And you, maybe you'll remember me
What I gave is yours to keep In white houses
----
Retakan pualam ketika aku tiba
Seorang insan dengan beberapa teman baru
Bertahan hingga larut, dan aku ikut
Sebuah janji yang mengikat hingga akhir
Dan, kita bermain undian
Kita, berlima
Kita, mencoba saling percaya
Aku tidak bisa berhenti menikmatinya
Tidak, aku tidak bisa berhenti menikmatinya
Jenny memekik tanpa makna
Karena ketika ia berdansa, ia tak dapat menghentikannya
Dan juga sedakan bir saat lelucon disampaikan
Membuatku tenggelam dalam gelak tawa
Dan ia sangat mengagumkan, sungguh, ia luar biasa
Tapi mungkin, aku lebih cerdas darinya
Musim panas ini sempurna
Musim panas ini berlalu cepat
Tidak, setidaknya semua ini jauh lebih baik dari seorang
diri
Dan aku menjaga rahasiamu di rumah putih
Mungkin, terlalu banyak pemikiran dalam kepalaku
Sehingga aku tak lagi bisa mendengar kata-katanya
Dan ia begitu menarik dengan kaus merahnya
Kita semua dalam lingkaran cinta, dan kita semua
tersakiti
Aku diam-diam memasuki mobilnya
Terhidu aroma bahan bakar di musim panas
Well, kita terlalu terburu-buru
Dan semua ini terlalu indah untuk berakhir
Tidak,
Kubiarkan diriku dengannya
Dan aku menjaga rahasiamu di rumah putih.
Cinta, atau sesuatu yang membara mengalir dalam darahku
Dan aku berdoa agar semua ini tidak akan memudar di rumah
putih
Kali pertamaku, sulit untuk diterangkan
Degup jantung, dan rasa sakit
Pada cuaca berawan, semua itu lebih membosankan dari yang
kamu tebak
Dan ia, merupakan sebuah kesalahan
Mungkin kalian lebih bijak dariku
Dan kita terlalu cepat untuk saling percaya
Luka-luka kecil yang tak berarti ini tak akan sembuh
Aku terlalu jauh dari diriku sebelumnya
Jadi aku pergi, dan aku tak akan kembali
Aku memudar seiring bergantinya hari di rumah putih
Aku berbohong telah mengabaikan luka-luka itu
Tapi aku tak akan lupa dengan kita berlima
Di rumah putih
Dan kamu, mungkin kamu akan mengingatku
Dan yang tak lagi kujaga adalah rahasiamu
Di rumah putih
I would rate it 5,5 out of 10, including how the movie set has been build. Indonesia, my place, as for me, feels more real than any hollywoods work.
Rumah Dara, atau Macabre for international title, garapan
sutradara Kimo Stamboel, Timo Tjahjanto, sejatinya
bukan film thriller yang wah,
unpredictable, dan new. Bagi
penikmat film-film thriller/psikopat garapan Hollywood maka film Macabre ini
termasuk dalam just another thriller
movie. Sebagian orang bahkan berkomentar film ini duplikat dari Texas
Chainsaw Massacre atau Inside,
Frontiers dari segi cerita yang serupa.
Tapi, seriously, memang apa yang sebenarnya diharapkan
penikmat film thriller? Sebuah jalan cerita yang baru? Jalan cerita tidak
terprediksi? Atau
aksi-aksi yang membuat
pemirsanya ternganga? Film dengan persyaratan begitu bakal masuk kategori
drama-action ketimbang thriller. Tapi, untuk nilai plus, apabila film thriller
memenuhi persyaratan tersebut maka akan menambah rating. Sebut saja Final
Destination, film ini mempunyai jalan cerita elok dengan menyerahkan peran
pembunuhan pada takdir. Dan film ini bertahan hingga serinya yang kelima meski
ratingnya mulai menurun karena film ini masih menampilkan adegan-adegan
mengejutkan yang tak terduga, membuat pemirsanya menerka-nerka kapan maut tiba,
dan tiba-tiba slash! satu aktor mati.
Jadi
sejatinya film thriller dinikmati lebih kepada keberadaan adegan-adegan
mengejutkan yang harus dilalui para actor untuk menghindari pembunuh, daripada
jalan cerita itu sendiri.
Kembali
ke Macabre.
Acting
para aktornya terbilang bagus. Jalan cerita meskipun monoton, tapi masih
terbilang riil. Yang merusak di film ini adalah adegan kehadiran polisi yang
terkesan lawak. Uhm, well, lawak sebenarnya tidak masalah, tapi acting para
pemeran polisi di sini sangat tidak proporsional, tidak selayaknya seorang
polisi bertindak. Selain itu juga ada adegan ledakan yang ditampilkan di sini,
dan itu terlihat made up. Tapi saya memang
tidak berharap muluk-muluk dari segi efek yang satu ini. Lalu satu hal lain yang
agak mengganggu adalah warna darah yang diciptakan, terlalu menyala, padahal
saya tahu dengan darah yang diambil langsung dari pembuluh darah melalui jarum
suntik saja warnanya tidak secerah cat mobil Ferrari Schumacher. Tapi di film
ini, ada beberapa scene yang menunjukkan warna merahnya secerah itu. Penting?
Ya, karena itu membuyarkan konsentrasi. Tapi beruntunglah karena kemudian
setingan film digelapkan mengingat timeline malam yang dipakai, jadi masalah
ini tidak terlalu vital. Dan endingnya…
jeez, dulu jaman Scream masih heboh (tahun 90an) ending menggantung dari film
thriller adalah wow. Tapi sekarang,
film thriller dengan akhir menggantung itu boring!
Ada ratusan film thriller yang demikian soalnya. Dan film Rumah Dara ini salah
satunya.
Jadi itu
semua komentar negatifnya. Dan ya, saya lebih mahir memberi komentar negatif
daripada positif sebenarnya. Oke, jadi saya acungi jempol pada film Rumah Dara
ini untuk tidak menjual adegan cabul pada pemirsa! Hell yeah, satu-satunya
adegan yang mengarah ke sana adalah bagaimana seorang tukang jagal sangat
tertarik pada Julie Estelle ketika hendak membunuhnya atau ketertarikan tokoh kelompok
protagonist pada tokoh kelompok antagonis dengan latar belakang kamar tidur.
Itu saja. Dan tidak ada tontonan tak senonoh yang dijual semenarik
adegan-adegan pembunuhannya. Kemudian saya juga menambah acungan jempol untuk
peran bayi yang riil. Gila! Dapat darimana bayi sebelia itu yang dibolehkan
dishoot di layar kaca? Rahasia sutradara? Fine. Jadi menurut saya, dengan tidak
menggunakan manekin bayi yang keliatan
boongnya, itu nilai plus film ini. Beberapa efek pembunuhannya juga
terlihat riil, seperti ketika menggergaji leher, menghujam dada,
tusukan-tusukan, dan semuanya. Ini lah yang membuat film ini bisa saya
sejajarkan dengan film Hollywood.
Dan
nilai plus lainnya adalah ini dibuat di Indonesia, feels more real karena aktor-aktor dan latar film yang lokal. Jadi
5,5 dalam jajaran film Hollywood menurut saya itu luar biasa. Mudah-mudahan
Indonesia bisa membuat film-film yang mementingkan kualitas, daripada harga
jual. Karena sebenarnya semua sejalan kok, semakin mahal sebuah film, semakin
berkualitas, maka semakin tinggi harga jualnya.
“....a human being has been created out of ink, paper,
and the imagination”. –J.D. Salinger
Sangat menginspirasi, terutama bagi mereka para penulis (karena
tokoh utama disini merupakan seorang penulis) atau pun seseorang yang
berimajinasi mengenai kemunculan sosok pasangan idaman yang sempurna dan sesuai
dengan kemauan penulis itu sendiri. Karena dalam film berdurasi satu setengah
jam ini menceritakan bagaimana seorang wanita dengan ajaib tercipta dari
imajinasi seorang penulis terkenal. Sang penulis, Calvin, yang jatuh cinta pada
wanita hasil ciptaannya, Ruby, juga mampu mengubah karakteristiknya sesuai
kehendak Calvin. Ya, semudah itu. Jadi segala tindakan dan sifat Ruby yang
tidak disukai Calvin, bisa dihilangkan hanya dengan menuliskan apa yang dia
inginkan dari Ruby melalui mesin ketiknya.
Terdengar menyenangkan dan sempurna, hmm? Tapi
kenyataannya segala yang terlalu terkendali membawa permasalahan. Calvin, dalam
satu scenenya sampai berujar, “I want to be what's making her happy, without
making her happy” .
Aku ingin menjadi
seseorang yang menjadikannya bahagia, tanpa (dengan sengaja) membuatnya bahagia.
Kalimat yang menurut saya menunjukkan kebingungan mendalam.
Calvin hanya menginginkan apa yang dia inginkan, dan ternyata kesemuanya itu ia
dapatkan dengan mudah, tidak ada tantangan, tidak ada rintangan. Calvin tidak
memberi kebebasan pada Ruby, dan demikian juga Ruby yang sekalipun beberapa
kali memberontak namun ia tidak bisa benar-benar memberontak, karena sejatinya ia
diciptakan dari imajinasi Calvin. Namun seiring berjalannya ketidakstabilan
sifat Ruby yang mengikuti pola pemikiran Calvin, yang membuatnya jengkel
sendiri karena merasa Ruby jadi seseorang yang aneh, akhirnya membuat Calvin
menulis begini ‘Ruby was just Ruby with
or without Calvin’ "Ruby adalah Ruby, dengan atau pun tanpa Calvin". Dan dengan begitu Calvin menemui Ruby apa
adanya selayaknya manusia biasa, mempunyai kesenangan sendiri tanpa Calvin,
mempunyai kepentingan yang tidak berkaitan dengan Calvin, dan mempunyai
kecenderungan berselingkuh dari Calvin.
Ya, klimaks dari film ini terjadi ketika Ruby dipergoki
berinteraksi secara intim dengan seorang penyelenggara pesta kerabat Calvin.
Mereka bertengkar hebat, sampai pada akhirnya Calvin sengaja membongkar hal
yang selama ini ia rahasiakan bahwa dirinya bisa mengubah Ruby sekehendak
hatinya, mulai dari bagaimana ia berbicara dengan bahasa prancis, hingga isi
kalimat yang diutarakan.
Dan di sini, Calvin benar-benar kecewa karena tidak bisa
memanusiakan manusia.
Kira-kira makna film ini benar-benar merujuk pada
potongan kalimat di awal tulisan kan? Seorang manusia diciptakan lebih dari
sekedar goresan pena, selembar kertas, dan sebuah imajinasi. Manusia hanyalah
manusia, ciptaan Tuhan Yang Sempurna, tapi tidak akan mampu menciptakan yang
sesempurna ciptaanNya. Karena sekalipun kita sangat mengenal diri kita sendiri,
dan apa yang kita inginkan, bukan berarti kita bisa menjalani hidup seperti
saat ini apabila kita mendapatkan mukjizat untuk mewujudkan kesemuanya secara
instan. Perhatikan, bahwa sejatinya ketidaksempurnaan itu melahirkan
kesempurnaan, namun kesempurnaan tidak bisa melahirkan ketidaksempurnaan.
Jadi, mari kita beranjak dari sekedar pemaknaan film ini
pada sekedar sosok pasangan ideal, menuju warna-warni kehidupan yang lebih luas.
Manusia mempunyai mimpi atau keinginan, dan sebenarnya
manusia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menggapai mimpi atau keinginan
itu sendiri ketimbang menikmatinya. Apabila mimpi dapat digapai dengan mudah,
dengan instan, lalu apa lagi yang mewarnai hidup? Termasuk juga iman/agama dengan
puncak mimpinya adalah surga. Apabila sudah tercapai apa lagi yang mau
diperjuangkan? Nah, lihat bagaimana kemudian banyak orang sukses secara materi
dan eksistensi kemudian sengaja bunuh diri, atau terjun pada dunia kriminal
seperti menjadi pecandu atau melakukan tindakan kejahatan yang konyol. Padahal
dari luar mereka terlihat begitu sempurna, dan kita sebagai pemirsa saja
mendambakan kehidupan mereka, tapi kemudian kita hanya menggeleng-gelengkan
kepala kecewa karena orang-orang tersebut sangat tidak menghargai hidup. Bukan
masalah menghargai kehidupan sebenarnya, tapi karena kebosanan, monoton,
kehilangan tujuan hidup karena semuanya telah tercapai.
Sebuah penyakit jiwa yang sebenarnya bisa menjangkiti
siapapun, terutama mereka yang sedang berjalan menuju kesuksesan.
Jadi apa yang membuat seorang manusia bertahan?
Pertama, iman. Tentu, seseorang yang beriman akan selalu
mendapati dirinya tertantang untuk terus memperbaiki diri karena Tuhan telah
menerjunkan setan sebagai pengganggu, sebagai rintangan agar manusia tidak
bosan untuk terus berusaha memperbaiki iman mereka. Dan kenapa mereka harus
berusaha memperbaiki iman? Karena mimpi seorang manusia beragama adalah surga,
nirwana, atau apapun balasan Tuhan yang tak tertandingi. Sesuatu yang terdengar
fana, fiktif, karena manusia baru bisa merasakannya pada kehidupan setelah mati.
Kebenarannya seolah dipertanyakan karena penjabaran yang di luar logika.
Sebagian bahkan memilih jadi atheis karena merasa agama adalah hal yang tidak
masuk di akal.
Tapi secara psikologi, di sanalah justru titik yang
membuat manusia beragama itu tidak mudah menyerahkan hidup. Surga, sesuatu yang
bisa dicapai setelah mati yang artinya selama hidup kita hanya mengira-ngira
sudah sebaik apakah diri kita, sudah pantaskah Tuhan membalas kita dengan
hadiah super luar biasaNya? Dalam Islam sendiri (karena saya beragama Islam),
tidak ada nilai absolut untuk poin-poin pahala, seperti : beramal sebesar 1000
rupiah akan mendapatkan satu tiket, puasa senin-kamis akan dapat 100 tiket. Untuk
masuk surga paling rendah perlu sejuta tiket, dan surga firdaus (tertinggi)
perlu satu milyar tiket. Bersyukurlah, kitab suci umat Islam tidak menuliskannya.
Karena itu manusia berlomba-lomba, mengira-ngira, dan tidak pernah berhenti
berusaha memperbaiki dirinya karena khawatir bahwa dirinya belum memenuhi
persyaratan masuk surga.
Untuk poin pertama ini kesampingkan emosi pribadi seperti
kasih sayang Nabi Muhammad atau kecintaan Allah SWT ya, saya mencoba menjelaskan
secara universal soalnya ;)
Kedua, masalah. Mereka bosan, hidup mereka menjadi
monoton. Logikanya begini, kita tidak akan menemukan kesenangan tanpa
kesedihan, kita tidak akan menemukan kebaikan tanpa adanya kebatilan, jadi kita
tidak akan menemukan hal positif tanpa adanya hal negatif. Orang-orang dengan
kesempurnaan duniawi itu tidak bisa lagi menemukan kebahagiaan karena setiap
hari yang ia temukan adalah kebahagiaan. Hidupnya monoton. Perasaan mereka
tumpul, tidak bisa lagi merasakan nikmatnya kebahagiaan.
Untuk bisa kembali merasakan kesenangan seperti yang pernah
mereka rasakan, maka mereka berbuat sesuatu yang benar-benar menghancurkan
hidupnya. Mereka dengan sengaja mencari keburukan untuk membedakan mana yang
positif dan mana yang negatif. Karena dari sana kemudian mereka akan perlahan
merangkak berjuang kembali mencapai kehidupan nyaman yang pernah dimiliki. Tapi,
jangan salah persepsi, kalau sudah sengaja menghancurkan diri begitu, siapa
yang bisa jamin kehidupannya bisa kembali seperti sedia kala?
Karena itu, istilah bermimpilah
setinggi langit ada benarnya. Kenapa langit? Karena tingginya belum
terdefinisi hingga kini. Jadi, teruslah bermimpi dan jangan pernah berhenti.
Selain karena pemikiran tersebut bermakna positif secara langsung pada kehidupan
manusia, pemikiran itu juga mempertahankan kejiwaan manusia dari keputusasaan
dan ketidakbermaknaan hidup.
Menghargai dan toleransi pada keberadaan orang lain
termasuk kekurangan dan kelebihannya sebenarnya adalah sebuah bentuk kewajiban,
bukannya tindakan yang boleh dilakukan dan boleh tidak dilakukan. Percayalah,
kalau bukan karena mereka berbeda dengan kita maka kita tidak akan menjadi
seperti diri kita saat ini. Simpelnya begini, semua orang mempunyai sifat yang
sama seperti kita. Menyenangkan? Kalau menurut saya sih membosankan. Apa
bedanya kita dari orang lain? Apa spesialnya kita dari orang lain? Dan karena
naluri manusia adalah menunjukkan eksistensi diri, menyuarakan pada dunia bahwa
keberadaan diri mereka di bumi ini bermakna, maka siapa yang jamin kalau usaha membedakan diri itu berujung pada diri
kita dengan sifat-sikap negatif?
Maka bersyukurlah dengan masalah yang ada, dan
bersyukurlah dengan perbedaan yang tercipta. Karena Tuhan sengaja menurunkan itu
semua untuk manusia agar hidup mereka berwarna. Agar manusia tetap memaknai dan
menghargai hidupnya.
CMIIW :3
Langganan:
Postingan (Atom)