Sabtu, 25 Oktober 2014 0 comments

Engkaulah Guru, dan Kehormatan Itu Melekat Selamanya

Konsulen itu guru.

Tapi apa itu konsulen? Jujur, sampai sekarang pun saya tidak tahu makna panggilan konsulen untuk mereka. Mungkin, konsulen adalah orang yang menjadi tujuan konsul berdasarkan bidang yang mereka geluti. Atau para spesialis yang menyediakan waktu mereka untuk mengajar dokter-dokter dalam pendidikan.

Hari ini adalah hari ke 450 sejak hari pertama saya dinobatkan sebagai koas. Dan hari ini pula, adalah hari terakhir saya berkesempatan berdiskusi dengan seorang konsulen dari spesialisasi Mata. Beliau adalah spesialis tersenior dari bagian ini, dan hebatnya, sekalipun beliau sudah purnabakti dan kini hanya menjalani praktik di rumah sakit dan klinik swasta, beliau berkenan menyisihkan waktu berbagi ilmu dengan dokter muda.

Saya ingat betul hari pertama saya menemui beliau. Dengan kepala setengah kosong, oh, bahkan hanya seperempat ilmu mata untuk dokter umum saja tidak sampai, dengan penuh percaya diri saya menemui beliau untuk berdiskusi.

Tidak usah ditanya bagaimana hasilnya. Luar biasa maluuu...

Bimbingan itu menjadi satu arah, lebih banyak beliau yang menjelaskan. Dan saya tak banyak memberi jawaban ketika pernyataan maupun pertanyaan beliau meminta jawaban saya. Jadi, akhirnya beliau memberikan tugas, agar saya membaca lebih banyak lagi mengenai materi jenis-jenis bakteri penyebab infeksi mata, farmakodinamik, farmakologi, dan penggunaan antibiotik pada masing-masing jenis bakteri yang dapat digunakan untuk penyakit mata.

Selama ini, bimbingan diadakan di sela-sela jadwal praktik klinik beliau. Jadi beberapa kali, ketika ada pasien yang hendak berobat, kami harus menghentikan aktivitas belajar itu kemudian memperhatikan bagaimana beliau memeriksa setiap pasien, setelah selesai, kami kembali menyusun bangku untuk melanjutkan diskusi kembali.

Apa yang membuat saya benar-benar terharu adalah bagaimana beliau mau repot-repot direcoki dokter muda di tengah aktivitasnya. Dan kalimat perpisahan yang membuat saya tersentuh adalah ketika di saat-saat terakhir pada bimbingan yang juga terakhir, beliau berkata, “Nanti... kalau sudah selesai jangan kalian lupa ilmunya. Ya mungkin saja lupa, tapi jangan. Dan juga kalau bertemu di luar, tegurlah... saya mungkin tidak ingat, tapi kalau ditegur pasti saya jadi ingat. Seperti waktu itu saya di Jakarta, ada dulu koas, sekarang sudah kerja di rumah sakit Darmais, dia tegur saya katanya sudah lupa ya dok”, kemudian beliau tersenyum kecil. Ada luapan rasa bangga yang tersembunyi, dan tak terurai dengan kata-kata.

“Mudah-mudahan jadi dokter yang baik ya...”

Demikian salam perpisahan dari beliau. Sungguh rasanya saya termotivasi gila-gilaan untuk banyak menimba ilmu kedokteran yang tak ada habisnya ini.

Padahal apabila ditarik sebuah garis untung rugi secara kasat mata, mengajar koas tak memberikan keuntungan yang lebih bagi para konsulen. Dan justru keberanian mereka mengambil tanggung jawab untuk mengajar koas sebenarnya meresikokan nama baik mereka. Andai koas ini menjadi dokter yang tak berilmu, akan dipertanyakan, siapa dulu yang ngajar kamu? Bukankah itu rasa malu yang akan didapat konsulen? Mencoreng nama baiknya karena kesalahan yang tidak ia lakukan?

Mereka mengorbankan usaha dan waktu, jam praktik dan konsentrasinya, untuk mengajarkan ilmu-ilmu kedokteran yang belum tersentuh oleh dokter-dokter muda yang terkadang terlalu angkuh dan merasa sudah cukup cerdas. Para konsulen memiliki gaya mengajarnya masing-masing, itu keunikan, dan itu tantangan.

Bagaimana pun, hari terakhir ini terlalu berkesan.  Terima kasih dr. Helmi M, Sp.M
Minggu, 09 Februari 2014 0 comments

Wonderful



If I sat next to the tree
You brought me a book and tea
Because the joy comes to you and me
For let our eyes to see...

... that the summer sky come red and grey
And It's you whom I have my pray
I am blind and young and shy
But we wont learn the rhyme of cry

I was told that the tree didn't pick a dine
But the sea just left the shore line
It's when the sun losses her shine
Will you say that we will be fine?

Shattered and devastated dare
But, do we care?
I was blind and young and shy
Then we sing the rhyme of cry

The storm lasts little shorter
And the land overgrown the flower
Happiness were found on five leaves clover
Know what? We just start another laughter

 
;